Senin, 09 Februari 2009

EFEKTIFITAS IKLAN PARTAI DALAM PEMILU 2009 PADA MEDIA MASA

EFEKTIFITAS IKLAN PARTAI DALAM PEMILU 2009
PADA MEDIA MASA

1. Pendahuluan.
Tidak ada kecap nomor dua, itu kata pepatah. Itulah yang bisa dikatakan pada partai bahwa semua kecap nomor satu, artinya partai-partai berjanji-janji pada rakyat andai menang, pilihlah saya, besok lebih baik, atau mbah saya sudah bikin kemajuan, sekarang sedang mengalami kemunduran, dan sebagainya. Partai-partai berlomba-lomba mengiklankan atribut partai dan program partai dengan berbagai macam cara dan gaya bahasa.
Banyaknya partai ibarat cendawan di musim hujan menjadikan partai berlomba-lomba untuk melakukan kampanye di berbagai daerah baik perkotaan sampai perdesaan di seluruh penjuru tanah air. Kampanye dilakukan melalui berbagai macam cara dan gaya. Baik melalui ikaln baliho, Koran, majalah, radio, televise bahkan Internet.
Persoalannya berbagai iklan yang dilakukan oleh partai akan efektif dan efisien menarik masa untuk memilih partai tersebut. Karena mengiklankan partai tidak sama dengan mengiklankan produk tertentu. Karena produk yang ditawarkan adalah berbeda, dimana dalam iklan dikenal promotions mix, sedang dalam iklan partai juga memiliki peran marketing mix, meski dengan produk yang berbeda.
Iklan dapat berupa iklan merek dagang dan jasa, sedangkan partai ini susah untuk dikatagorikan dalam dua katagori tersebut. Apakah produk barang atau jasa, jadi susah untuk dikatgorikan pada keduanya. Sedangkan iklan partai adalah iklan yang menawarkan jati diri atau performance, Atribut, symbol atau bendera, serta program atau janji. Sedangkan bukti bahwa partai itu bisa mempertahankan semuanya setelah melewati beberapa katagori diatas, apakah iklan partai memenuhi produk yang mereka tawarkan.
Persaingan dalam pemilu 2009 oleh partai-partai baik partai baru atau partai yang sudah cukup lama cukup ketat, dengan munculnya beberapa partai baru yang lahir, dan berusaha untuk eksis dan bertahan merebut pemilih. Suatu perkembangan teknologi periklanan di Indonesia yang cukup pesat tak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebuah revolusi besar di bidang komunikasi, dan semakin cepatlah informasi kepartaian dapat disampaikan secara lengsung kepada pemilih tanpa melakukan penggalangan massa dan mobilisasi masa.
Munculnya persaingan itu telah melahirkan berbagai macam persaingan yang sehat maupun tidak sehat. Perang propaganda terus terjadi, saling mengklain jasa pada masyarakat, mengumbar janji dan menyerang partai lain, bahkan oleh partai yang baru sekalipun karena mempunyai sejarah di masa lalu, pada pemerintahan lama dengan partai lama yang justru sekarang menjadi pesaing-pesaingnya. Diikuti inovasi-inovasi tentang bahasa-bahasa komunikasi massa bagi pemilih baik pemilih mengambang, pemilih pemula atau tradisional. Pemilih akan banyak mendapatkan pilihan, dan saatnyalah bahwa pemilih atau rakyat adalah raja. Sehingga partai-partai saat ini harus memanjakan pemilih agar tidak ditinggalkan pemilihnya untuk memilih kompetitor lainnya. Karena makin banyak partai, alternatif layanan yang akan diberikan pada partainya makin beragam.
Bagaimana untuk menjadi iklan partai yang tidak hanya menjadi iklan kecap nomor satu tidaklah mudah, karena iklan yang membohongi dengan janji-janji kosong akan mengurangi kepercayaan pemilih. Pemilih akan terus mencari alternative baru bagi kehidupan negara sebagi aktualisasi dari kepentingan individual mereka dan kepentingan kelompok dengan kedekatan emosional, ideology dan kepentingan.
Iklan Partai dikenal sejak periode pasca Orde baru atau yang disebut periode reformasi. Dimana pintu multi partai telah dibuka pemerintah. Berjuta-juta orang memulih di dalam pemilu 1999 dengan berpuluh-puluh part (48) dalam menentukan harapan perubahan yang mereka miliki. Meskipun penggalangan masa masih dominant dalan pemilu 1999 namun iklan partai mulai dikenal oleh beberapa partai. Meskipun peran iklan jurnalistik melalui media masa cetak maupun elektronik cukup dominant.
Mereka mampu membangun asosiasi partai yang cukup efektif seperti PDI Perjuangan dengan Ingat-Ingat, kemudian Golkar dengan Golkar baru, dan PKB dengan membela yang benar, dan partai-partai yang berbasis sejarah cukup kuat dan berbasis tradisional dan ideologis sejenis banyak merebut hati pemilih. Sehingga peran iklan belumlah dominan pada saat itu.
Peran iklan partai lebih efektif lagi pada pemilu 2004 dengan mendongkrak partai Demokrat dengan mengantarkan presidennya pada pemilihan presiden 2004. Dimana mulai terjadi peradigmabaru kampanye pemilu dengan penggalangan masa dengan merubah komunikasi masa dengan peran iklan partai.
Meski iklan tidak selamanya efektif seperti iklan yang terlalu gencar pada pemiliha gubernur di Jawa Tengah justru menglami kekalahan, karena pemilih tiap daerah memiliki berbagai spesifikasi khusus dalam menentukan pilihan dan melakukan persepsi pada iklan partai.

2.1 Definisi model SOSTAC dalam Iklan Partai.
Karena sudah melakukan berbagai media yang berupa iklan maka partai tidak bisa lepas dari peran iklan dalamkaidah ilmu komunikasi, ekonomi, politik dan hukum. Partai sudah bicara iklan maka akan menerapkan peran teori-teori ekonomi dan Komunikasi seperti SOSTEC misalnya.
SOSTAC adalah singkatan atau ringkasan tahapan-tahapan proses strategi pemasaran oleh Paul R. Smith (1990). SOSTAC terdiri dari :
Situation Analysis. (Analisis Situasi) yang mana terdiri dari SWOT Analysis, PEST Analysis, Marketing Mix(bauran kebijakan) dan Competitive Position (posisi persaingan).
Objectives. (obyektif) Kemana kita akan pergi (Where do we want to go)? Terdiri dari : Ashridge Mission Model, 5 P’s Model, SMART.
Strategy(strategi). Bagiamana kita mendapatkanya (How are we going to get there)? Terdiri dari : Market Segmentation (sekmentasi pasar) dan Positioning.
Tactics (taktik). Yang lebih detail dari strategi. Berupa Tools (alat) dan Komunikasi (Communication).
Actions (aksi) . Implementasi, pengambilan perencanaan kerja dalam Action Plan (perncanaan aksi) . Terdiri dari RACI Model, CSFs dan, KPIs
Control(pengawasan). Track progress melalui pengukuran (measuring), pengawasan (monitoring), pengecekan (reviewing), penempatan (updating and modifying). Terdiri dari Kinerja manajemen (Performance Management) dan Blanced Scorecard.
Keunikan metode SOSTAC adalah sederhana (simplicity). Pendekatan adalah memenuhi tahapan secara bersama-sama dalam menciptakan perencanaan pemasaran (marketing plan). Terdiri dari 5 C’s of Marketing Strategy (strategi pemasaran 5C), Feasibility Study (studi kelayakan), VMOST dan Customer Relationship Management (manajemen hubungan dengan pamilih).

2.2. SWOT
Merupakan analisis dari Strength (kekuatan) , Weakness (Kelemahan), Oportunity (Peluang) dan threat (Ancaman). Merupakan analisis manajemen yang berdasarkan pada kepekaan terhadap lingkungan manajemen terutama marketing atau pasar pasar dalam hal ini adalah pemilih.
Strength (Kekuatan) adalah berupa modal atau dana partai, kemampuan sumber daya manusia atau kualitas kader, teknologi, jaringan, dan brand image tau merek dalam hal ini kinerja partai apabila partai lama dan program serta perencanaan apabila mereka duduk pada lembaga pemerintahan yang dimiliki merupakan kekuatan yang dibutuhkan partai dalam mengembangkan diri dalam mencapai target atau sasaran yaitu memenangkan pemilu.
Weakness (kelemahan) adalah berbagai macam kelemahan yang dimiliki perusahaan, seperti isu-isu negative yang muncul, jaringan yang terbatas, tenaga propaganda yang masih kurang mengakar dalam jaringan, serta kelemahan-kelemahan lain yang memungkinkan untuk menjadi kendala dalam meningkatkan target atau sasaran yang harus dicapai.

2.3 PEST
PEST analysis adalah merupakan pola kerja dan strategi konsultan menggunakan pengamatan lingkungan makro eksternal (scan the external macro-environment) dalam setiap operasi mesin partai. PEST adalah singkatan dari : Political, Economic, Social and Technological (Politik, ekonomi, sosial da teknologi)
PEST factors merupakan sebuah aturan main yang penting dalam strategi menciptakan peluang nilai kreasi dalam merebut pemilih dalam persaingan pada pemilihan umum. Meskipun bahasa selalu diluar kontrol dari partai dan harus normal terdiri dari kesempatan atau peluang lain. Bersama macro-economical factors (factor makro ekonomi) dapat berbeda tiap continental, negara atau suatu tempat, juga biasanya analisis PEST seharusnya dicitrakan tiap negara. Berikut ini terdapat contoh dari tiap faktor-faktor tersebut :
Political (incl. Legal) /Politik (memasukkan hukum)
Penelitian berjenjang Kebijakan lingkungan dan proteksi, pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan pemerintah.(Environmental regulations and protection Economic growth Income distribution Government research spending)
Economic (ekonomi)
Kebijakan pajak, suku bunga dan moneter, kependudukan, tingkat pertumbuhan penduduk, pembagian usaha industri berfokus pada teknologi. (Tax policies Interest rates & monetary policies Demographics, Population growth rates, Age distribution Industry focus on technological effort ) Menjadikan sesuatu yang menjadi sorotan dalam iklan kampanye.
Social (Sosial)
Kebijakan politik internasional dan retriksi pemerintah, perlindungan tenaga kerja, mobilitas sosial, penemuan dan pengembangan teknologi baru. Pemberdayaan hukum, perlindungan dan advokasi pemilih. Kebijakan pengangguran, merubah gaya hidup, tingkat transfer teknologi, Hukum perburuhan, pajak tenaga kerja dan pengembangan perilaku semangat wira usaha. (International trade regulations and restrictions, Government spending Labor / social mobility, New inventions and development, Contract enforcement law Consumer protection, Unemployment policy, Lifestyle changes Rate of technology transfer, Employment laws Taxation Work/career and leisure attitudes Entrepreneurial spirit)
Technological (teknologi)
Siklus hidup dan kecepatan dari perkembangan teknologi, organisasi pemerintah, tingkat perubahan perilaku pendidikan pengunaan energi dan biaya. Kebijakan persaingan, tingkat inflasi, fase perubahan dalam teknologi informasi, tingkat stabilitas politik dari siklus bisnis, jaminan kesehatan dan kesejahteraan, naluri dari pengamanan perubahan dalam internet, kebijakan perlindungan kepercayaan pemilih, keyakinan hidup, kondisi teknologi yang dalam situasi bergerak. (Life cycle and speed of technological obsolescence Government organization / attitude Exchange rates Education Energy use and costs. Competition regulation Inflation rates Fashion, hypes (Changes in) Information Technology Political Stability Stage of the business cycle Health consciousness & welfare, feelings on safety (Changes in) Internet , Safety regulations Consumer confidence Living conditions (Changes in) Mobile Technology )
Melengkapi PEST Analysis adalah relatif sederhana dan dapat dikerjakan melalui pelatihan (via workshops) menggunakan teknik wawancara (brainstorming), survey pemilih dengan alat statitistik dengan ketepatan tinggi. . Penggunaan dari PEST analysis bisa bermacam-macam dari partai dan strategi perencanaan, perencanaan kampanye, pengembangan propaganda dan agitasi, dan catatan penelitian (company and strategic planning, marketing planning, business and product development, dan research reports.)
Varian dari PEST Analysis selalu seperti SLEPT Analysis (plus Legal) or the STEEPLE Analysis: Social/demographic (sosial/kependudukan), Technological(teknologi), Economic(ekonomi), Environmental(lingkungan)/ natural(alam) , Political(politik), Legal (hukum) dan Ethical factors(factor etik). Juga Geographical factors (factor geografi) adalah signifikan.
2.4 Competitive Position (Posisi Persaingan)
Menggambarkan Posisi persaingan dari tingkat relatif dominan sebuah perusahaan dalam pasar membandingkan dengan kompetitor. Contohnya , Sebuah perusahaan memiliki target sebagai pemimpin pasar (market leader), atau tumbuh dari posisi ketiga menjadi dua, dalam pasar untuk penjualan pisang.
Juga, bisa diindikasikan dalam tingkat pasar sebagai market leader, challenger, follower atau niche player. Atau mengekspresikan prosentase pangsa pasar.
2.5 Management Berdasarakan Sasaran. (MBO)
Deskripsi MBO menerangkan secar obyektif dari setiap kader dan membandingkan dan langsung selalu menggambarkan kinerja yang obyektif yang diatur. Peningkatan kinerja organisasional dengan menerapkan sasaran organisasi dengan obyektif dari subordinat melalui Organisasi. Idealya, kader memiliki kekuatan yang memasuk diidentifikasi secara obyektif, tepat dan lengkap, dan sebagainya.
Prinsip Management by Objectives (manajemen berdasarakan sasaran) adalah :
Melalui tujuan organisasi (Cascading of organizational goals and objectives), Spesifikasi sasaran bagi anggota (Specific objectives for each member), membuat keputusan yang partisipatif (Participative decision making), periode waktu eksplisit (Explicit time period), dan evaluasi kinerja dan menghasilkan umpan balik (Performance evaluation and provide feedback).
Management by Objectives (manajemen berdasrkan sasaran) juga mengitruduksi metode SMART untuk mengecek validitas dan obyektifitas. Yaitu : kusus (Specific), terukur (Measurable), prestasi (Achievable), nyata (Realistic), dan hubungan waktu (Time-related).
Tahun 1990-an , Peter Drucker mengambil pengaruh dari metode manajemen organisasi kedalam perspektif, dimana ia berkata “It’s just another tool. It is not the great cure for management inefficiency. Management by Objectives works if you know the objectives, 90% of the time you don’t.” (tidak hanya satu-satunya alat. Yang tidak lebih besar untuk manajemn yang tidak efisien. Manajemen berdasarkan sasaran bekerja jika kita tahu sasarannya, 90% dari waktu bukan.

2.6 Pengertian Pemasaran
Marketing secara umum sering diterjemahkan dengan istilah pemasaran. Pemasaran itu sendiri sering diartikan dengan tindakan menjual barang atau jasa.
Menurut Chartered Institute Of Marketing (2001) Pemasaran adalah proses manajemen yang bertanggung jawab untuk mengenali, mengantisipasi dan memuaskan keperluan pelanggan secara menguntungkan. Menurut Peter Drucker (1997), Pemasaran adalah hal begitu mendasar sehingga tidak dapat dipandang sebagai fungsi yang terpisah.

3.3 Pembahasan
Peran iklan partai dapan membentuk loyalitas apabila iklan itu efektif dan tidak hanya mengumbar janji belaka. Karena menghadapi kualitas pemilih yang makin kritis, dan pragmatis. Sehingga pemilih melihat pada bukti daripada janji-janji. Sdangkan pemilih memiliki loyalitas tertentu pada partai tertentu karena ikatan emosional, ikatan sejarah, ideology dan ikatan kepentingan.
Perkembangan partai modern dan terbuka membawa situasi bahwa orang dapat keluar masuk pada partai apa saja, tergantung pada kualitas individu, sehingga kader partai sebagai bentuk dari produk partai adalah cukup mempengaruhi perolehan suara partai. Sehingga ada perkembangan baru dari partai modern bahwa partai tidak merupakan variabel utama mendongkrak popularitas seseorang. Sedangkan sebaliknya kualitas seorang kader akan mendongkrak perolehan suara partai.
Tanpa kader yang berkualitas partai tidak akan memperoleh suara yang cukup mendokrak suara mereka. Dan hal ini mendorong partai untuk menciptakan kader-kader berkualitas atau mengambil orang-orang yang diluar partai tapi mendorong kualitas partai.
Namun factor capital dan nepotisme menjadikan seseorang untuk duduk menjadi kader dan wakil partai, sehingga mereka menganggap uang adlah segalanya dan mendongkrak suara di tengah masyarakat yang pragmatis.
Tantangan partai karena ketidak percayaan pemilih akan menyulitkan iklan partai dalam mempertahankan image atau brand atau performa mereka. Oleh karena itu partai harus memberikan criteria-kriteria yang terukur oleh pemilih. Karena pemebriataan dan janji yang tidak dipenuhi akan mendorong pemilih untuk meninggalkan partai.
Berbagai bentuk kepercayaan sangat dibutuhkan oleh pemilih untuk memiliki loyalitas, karena pemilih akan memiliki ukuran loyalitas yang berbeda.


DAFTAR PUSTAKA


A. Aaker. 1992. “Managing The Most Important Asset; Brand Equity; Strategy & Leadrship”, September / Oktober 1992; 2005; ABI/INFORM Global pg.56.

Collin V. Sowter ,1997,”Marketing Management”, Erlangga Press. 1997.

Darmadi., Sugiarto & Budiman. 2004. "Brand Equity Ten: Strategi Memimpin Pasar". Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Darmadi., Sugiarto dan Tony Sitinjak. 2001. "Strategi Menaklukkan Pasar Melalui Riset Ekuitas dan Perilaku Merek": Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama.

Davis, Scott M, 2000, Brand asset Management: driving profitable growth through your brands, San Francisco California, Jossey Base, Inc.

Dewi, Kinorika. 2003, "Menciptakan Brand Equity Melalui Kepuasan Pelanggan". Jurnal. Janavisi. Vol. 6, No. 1.

Faircloth B. James; Louis M Capella; Bruce L. Alford, 2001, "The Effect of Brand Attitude and Brand Image on Brand Equity", Journal of Marketing Theory and Practice, Summer, 61-75.

Ferdinand, Augusty T., 2000, Manajemen Pemasaran Sebuah Pendekatan Strategik, Research Paper Series, Program Magister Manajemen, Universitas Diponegoro, Semarang.


Hidayat, Taufik, 2006, “ICSA index 2006: Pertaruhan Para Pemenang Kepuasan Pelanggan,” Majalah Swa, 20/xx/21/21 September – 4 Oktober 2006, Hal 31.

Humdiana., 2005. "Analisis Elemen-Elemen Ekuitas Merek Produk Rokok Merek Djarum Black". Jurnal Ekonomi Perusahaan., vol. 12, No. 1, Maret 2005.

Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo, 1999, Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. BPFE. Yogyakarta.
Keller, K.L. 1993. "Conceptualization, Measuring, and Managing Customer­based Brand Equity". Journal of Marketing, Vol. 57, January, pp. 1-22

-------------------------,2003 , "Strategic Brand Management: Building, Measuring, and Managing Brad Equity, 2th edition, New Jersey, Prentice Hall.

Kotler, Phillip, 1997, Manajemen Pemasaran, Jilid 2. Prenhalindo. Jakarta

Muafi., dan Irhas Effendi. 2001. "Mengelola Ekuitas Merek: Upaya Memenangkan Persaingan di Era Global". Jurnal. EKOBIS, Vol. 2, No. 3, September 2001, pp. 129-139.

Nicolino, Patricia. F. 2001. “The Complete Idiot's Guide to Brand Management”. Alpha Books, Indianapolis.

Park, Chan Su; Srinivasan, V., (1994), "A Survey-Based Method for Measuring and Understanding Brand", Journal of Marketing Research, Vol. XXXI, 271-288.

Peter Drucker,1997, ”Marketing Management” Lembang Empat, Jakarta.

Rangkuti, Freddy. 2002. The Power of Brand; Teknik Mengelola Brand Equity dan Strategi Pengembangan Merek. Jakarta; PT Gramedia Pustaka Utama.

Simamora, Bilson. 2002. "Aura Merek: Tujuh Jurus Membangun Merek yang Kuat". Jumal Ekonomi Perusahaan. 2002.

Sitinjak, Tony., Tumpal (2005), "Pengaruh Citra Merek dan Sikap Merek terhadap Ekuitas Merek', Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 12 No. 2 Juni, 2005.

Sugiarto., dan Ellen Christina. 2004. "Menyingkap Korelasi Elemen-Elemen Ekuitas Merek Sebagai Dasar Penetapan Strategi Pemasaran Produk". Jurnal Ekonomi Perusahaan, Vol. 11, No. 2, Juni 2004.

Supranto J. , 1993,”Metode Peramalan Kuantitatif untuk Perencanaan”, Penerbit Gramedia Pustaka Utama, Jakarta., 1993.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar