Rabu, 17 Desember 2008

Seperti Ombak Menabrak Karang

Seperti ombak menabrak karang kata orang, meski sia-sia terus ia tabrak karang itu. Menabrak pecah lagi. Menabrak pecah lagi. Karang itu tetap kokoh meski ditabrak ombak yang kuat menghantam, namun ombak juga tak pernah putus asa menabrak karang, Ombak terus pecah.. karang terus terkikis. Itulah perjuangan menegakkan sebuah kebenaran, keyakinan dan perjuangan untuk mencapai cita-cita. Hidup ini selalu berpasang-pasangan. Ombak dan karang, ombak adalah benar karena tugasnya. Karang juga benar karena tugasnya. Aku akan terus mempertahankan prinsip seperti karang dan gigih seperti ombak dalam berjuang membela kebenaran bagi yang lemeh, itulah hasil diskusi malam ini dengan gatot.
satu lagi yang aku pikirkan rakyat ini adalah kumpulan orang terpinggirkan. tapi kadang jika sedikit punya kesempatan dia juga lupa akan hak dan kewajibannya. Kita kadang menangis dan menjerit dalam hati bila satpol PP mengobrak-abrik PKL. tapi aku juga kadang jengkel ketika PKL menutup jalan bagi pejalan kaki dan trotoar. Itulah nasib pejalan kaki. memang kota Semarang dan mungkin kota-kota lainnya tidak bersahabat bagi pejalan kaki dan tidak memberi ruang bagi pejalan kaki. Tak ada halte waktu hujan untuk menunggu bus dan angkot, juga tak ada waktu luang untuk berteduh jika hujan. Apakah semua sadar bahwa rakyat ini juga harus sadar lingkungan. Estetika penting bukan sekedar mencari nafkah kan. kamu bisa dagang di rumah, rukan atau temapt lain yang tak mengganngu trotoar. trims

Tidak ada komentar:

Posting Komentar